Bandung Part 1: Terdampar Seharian
Yupz! Bandung!! Mata baru saja terbuka sudah disuguhi dengan kemacetan di pintu keluar tol. Tujuan kami adalah dayeh kolot daerah langganan banjir setiap tahunnya kala musim hujan datang. Kesempatan untuk jadi relawan islamic medical service yang fokus dibidang kesehatan kembali datang dikarenakan kurangnya SDM lembaga kesehatan tersebut. Beberapa hari yang lalu mas kholiq mengabarkan jika mereka butuh relawan dan gua baru saja tiba dari jogja menyanggupinya. Tidak setiap waktu kesempatan seperti ini datang, ada rasa bahagia setiap kali mengikuti kegiatan bakti sosial bersama lembaga kesehatan islamic medical service. Melihat wajah orang-orang yang menjadi korban bencana tersenyum, membuat satu bagian sisi hati gua tersenyum juga. Menyenangkan...
Team kali ini berisikan gua, mas khotib, mas hawal, dan Dokter maldwin. Dari jakarta kami berangkat dengan mobil ambulance jam 5 subuh dan kala mata gua terbuka waktu sudah menunjukkan pukul 08.00, matahari sudah bersinar terang. Sejak keluar tol kami langsung mencari tempat singgah untuk sejenak beristirahat dan sarapan pagi. Kami berhenti disebuah warung yang menyediakan bubur ayam di jl. Mohamad toha, warung sederhana yang memyajikan bubur ayam terlihat ramai, warung yang ramai itu selalu menyediakan dua hal. Pertama cita rasa yang selalu dirindukan, jika tidak harga yang sangat murah. Team langsung menempati meja kosong yang tersedia.
Setelah sarapan rencana selanjutnya kami mencari penginapan, gua langsung membuka traveloka dan mendapati banyak pilihan penginapan yang berjarak 2-3km dari lokasi sarapan. Tapi teman yang lain ingin coba mencari didaerah sekitar, beberapa kali bertanya dengan hasil nihil akhirnya kami sampai pada satu jalan kecil, dijalan ini memang terdapat banyak penginapan namun berbentuk kost-kostan. Gua berpikir tempat seperti ini tidak mungkin cocok untuk dokter maldwin, karena setelah baksos beliau perlu beristirahat dengan tenang, yang tidak dipenuhi oleh obrolan serta canda-tawa ramai mahasiswa yang sedang kost.
Kami berputar-putar mencari penginapan, gua kembali menawarkan diri pada teman-teman jika dalam 20 menit ada lokasi penginapan yang bagus dan terjangkau. Lagi-lagi penolakan yang diberikan, terjadilah perdebatan kecil diantara kami tentang penginapan. Dokter maldwin menawarkan diri, mengajak kami untuk singgah ke rumah saudaranya di balendah. Mungkin saja ada penginapan didekat sana, mas hawal yang membawa ambulance langsung tancap gas ke lokasi. Beberapa kali kami sempat berputar-putar ditempat yang sama karena dokter juga lupa lokasi pasti rumah saudaranya.
Kami berhenti sesaat, dokter menghubungi saudaranya. Akhirnya kami sampai dan bisa sedikit meregangkan tubuh yang rengat karena belum juga mendapatkan penginapan. Kami berbincang-bincang dengan seorang ibu mungkin nenek, tuan rumah. Beliau begitu bersemangat memberikan bantuan untuk mencarikan penginapan padahal dia pulang kerumah hanya izin sebentar saja di waktu kerjanya. Kami menolaknya secara halus, tidak ingin merepotkan orang lain. Kami pamit untuk cari penginapan sendiri. Tapi pada pamitan inilah kami diperkenalkan oleh dokter maldwin jika wanita 68 tahun itu adalah kembarannya yang hanya berbeda 45 menit kelahiran. Kami semua terpana, seketika itu juga kami sadar arti paksaan sang ibu yang hendak membantu kami.
Kami kembali ke jalur sebelumnya, Mas hawal menelpon teman yang mengerti peta wilayah bencana banjir dan memberin kami saran untuk mencari hotel anugerah. Gua dengan segera membuka google maps, lokasi 30 menit dari tempat kami berada. Sesuai arah yang ditunjukkin maps, kami berjalan tapi ketika lokasi tujuan tersisa 12 menit gua sendiri merubah arah tujuan karena gua pikir mungkin ada hotel didekat kami berada. Ternyata penginapan yang gua datangi, lebih tidak layak dari kostan sebelumnya.
Akhirnya gua kembali mencari arah ke hotel anugrah, waktu berubah jadi 20 menit dari lokasi. Sebelum sampai hotel anugrah ada satu hotel mewah dengan tinggi menjulang gua coba masuk untuk menanyakan harga. Permalamnya 525rb yang termurah, jauh dari ekspektasi yang membuat gua langsung memalingkan tubuh dengan rapi. Ini pengalaman pertama gua untuk cari penginapan, sebelum setiap kali berangkat keluar kota semua sudah siap.
Kami melanjutkan perjalanan, waktu tersisa 14 menit namun macet parah merusak perkiraan waktu. Wajah teman-teman tampak lelah, gua menghibur dengan perkiraan waktu. Akhirnya kami bisa berkelok ke jalan mohamad toha, ternyata kami hanya berputar-putar pada akhirnya tiba dilokasi yang sama. Kami sampai... tapi gua tidak menemukan hotel anugrah, maps menunjukkan ke arah jalan kecil. Gua turun dari ambulance masuk ke jalan kecil. Hal bodoh yang sering gua lakukan adalah
"Punten A, numpang tanya hotel anugrah dimana ya?"
"Ini." hanya satu kata yang muncul dari mulut seorang pria muda dibarengi dengan telunjuk tangan yang mengarah satu bangunan rapi.
"Punten A, numpang tanya hotel anugrah dimana ya?"
"Ini." hanya satu kata yang muncul dari mulut seorang pria muda dibarengi dengan telunjuk tangan yang mengarah satu bangunan rapi.
Gua masuk ke dalam, menuju meja receptionist dan menanyakan harga, setelah sedikit kompromi dengan mas khotib akhirnya kami memilih kamar deluxe milik hotel anugrah seharga 400rb, hanya tersedia 3 tempat tidur. Kami butuh 4, receptionist menawarkan jika ingin tambah satu tempat lagi kami hanya perlu membayar 75rb. Kami langsung setuju mas khotib menghubungi mas hawal untuk segera masuk, dan membawa seluruh perlengkapan kami beserta ambulance.
Kami diberikan kesempatan berkeliling, melihat kamar-kamar dari tiga kelas yang disediakan setelah itu barulah merasakan empuk dan sejuknya ruangan tempat kami menginap. Akhirnya kami sampai dan bisa merebahkan tubuh meskipun tersasar 4 jam di kabupaten bandung
Komentar
Posting Komentar