Aceh Part 1: Berdua dengan Mama, First Moment in My Life

Terbangun dalam senyap, pukul 01:45 ada rasa yang berbeda pada pagi ini. Ayam belum berkokok, tapi gua sudah harus tersadar. Abang mad membangunkan gua dari lelap di ruang TV, semalam gua tidur jam 11 malam. Baru dapat 3 jam kurang tapi gua rasa sudah cukup. Gua mencuci muka, gosok gigi, lalu berganti pakaian dengan dandanan seperti biasanya baju kaos merah dengan tulisan Gooners, celana Levi's, kaos kaki serta sepatu kulit kw warna coklat yang sudah mulai memudar dan sobek dibeberapa bagiannya.
Pagi sekali gua sudah harus bersiap walau tanpa mandi, gua melongok ke kamar,
"MA, sudah siap?" ya itu Mama gua, yang sejak kecil kami berpisah. Sedewasa ini baru sering berjumpa dan bersama, gua melihat Mama masih asyik dengan bedaknya.
"Iya sebentar lagi," jawab Mama mempercepat polesannya. Gua masuk kekamar mengangkat koper Mama ke mobil, serta tas Gemblok coklat berisi beberapa lembar pakaian gua. Pagi yang senyap, semua orang masih terlelap dengan mimpi masing-masing saat Abang mengantarkan gua dan Mama ke terminal  Depok.
Kami tidak banyak bicara satu sama lain, dalam keluarga ini merupakan hal biasa. Itu disebabkan karena satu sama lain diantara kami dipertemukan saat semua telah dewasa, misalkan gua dengan Abang mad bertemu saat gua duduk di kelas 2 SMP, butuh 6 tahun untuk kembali berjumpa, dengan kak as gua menghabiskan waktu 8 tahun baru bisa berjumpa  kemudian bertemu Mama gua menghabiskan waktu 12 tahun. Begitu pula dengan abang yang lain, kepulangan pertama kali ke Riau pada lima tahun yang lalu menjadi pertemuan pertama gua dengan keluarga besar gua. Selebihnya gua habiskan hidup bersama keluarga lain yang tidak sedarah tapi punya ikatan yang hebat.
Abang melaju dengan freednya ke terminal tidak butuh waktu lama hanya, 15 menit kami sampai. Tadinya gua ingin menggunakan grab tapi 3 menit berselang gua berubah pikiran, bahkan sudah pesan tapi gua cancel setelah mempertimbangkan harga dan sebagainya.
Kami menggunakan bus khusus ke bandara Soekarno-Hatta, bus pemadu moda kelolaan dari Hiba Utama. Abang mad membelikan dua tiket seharga 80ribu perorangnya, gua langsung naik membawa koper Mama dan tas, meletakkan di tempat barang kemudian mengambil kursi di bagian tengah. Kelihatannya Mama sudah terbiasa dengan mobil dan yang lainnya. Pertama datang kesini Mama masuk mobil sedikit langsung muntah, selalu begitu tapi sekarang dia sudah terbiasa.
Mobil melaju, beberapa menit kemudian gerimis membasahi jendela. Dinginnya pagi ditambah ac bus menusuk ke tulang, gua melepaskan jaket tebal memberikan kepada Mama yang terlihat mulai kedinginan, lalu mengambil jaket merah Arsenal serta kaos kaki untuk Mama pakai mengurangi dingin udara pagi.
Ini pertama kalinya gua pergi hanya berdua dengan Mama, gua lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman. Pergi berwisata, ke acara atau apapun, karena gua tidak terbiasa bersama keluarga kandung. Lama tidak berjumpa menumbuhkan kecanggungan yang sulit dienyahkan. Kali ini mungkin jadi waktu tepat merubahnya agar terbiasa. Bus masih melaju kencang, subuh hari tanpa kemacetan. Jalanan sudah ramai, jam 4 kurang 15 menit kami sampai di bandara. Gua mengangkat koper serta tas, Mama mengikuti gua dibelakang. Kelihatan sudah masuk waktunya untuk check-in, gua masuk menunjukkan kode booking tiket dari handphone di terminal 1B. Kami dipersilakan masuk, Mama masih terlihat kaku dengan proses pemeriksaan bandara. Kemana harus mengarah Mama masih terus ragu, hanya mau berada dibelakang gua.
Sebenar ada yang salah dari tiket yang Abang Mad pesan, Mama dituliskan dengan Mr bukan Mrs, tapi kelihatan petugas bandara tidak menghiraukan hal tersebut. Kami tetap masuk, beberapa kali tiket sempat dilihat petugas juga sadar tapi mereka tidak mempermasalahkan. Gua menggandeng Mama menaiki eskalator, Mama belum terbiasa. Kami harus menunggu di ruang tunggu B5, gua kembali menggandeng Mama agar tidak bingung. 20 menit duduk diruang tunggu, panggilan untuk penumpang datang. Adzan baru saja berkumandang, ini tidak sesuai rencana. Tiket dibookingan HP jam 5 tapi difisiknya jam 4.30 sudah berangkat. Gua kembali menarik tangan Mama untuk shalat subuh dulu sebelum berangkat, tentu masih ada kesempatan.
Sesampai di mushola terlihat antrian menumpuk semua orang merasakan hal yang sama dengan gua, harus terburu-buru agar tidak tertinggal pesawat yang 10 menit lagi berangkat. Mushola yang sempit jadi masalah, kami harus bergantian. Gua mendapat jatah kloter kedua, Mama berada dishaf belakang. Setelah shalat kami bergegas, pesawat akan berangkat sebentar lagi.
Kami melalui pintu belakang pesawat karena mendapat bangku diurutan 36B dan C, seluruh bangku terisi penuh. Bagasi ditutup oleh para pramugari, roda pesawat mulai berputar, deru kipasnya terdengar lalu melaju deras, mengangkat perlahan, kami berangkat. Ada perasaan berbeda hari ini, gua akan menginjakkan kaki ke tempat baru lagi untuk pertama kalinya. Gua selalu menyukai tempat baru karena disana ada orang baru, suasana baru, sosial budaya baru, gua bisa belajar pengalaman baru, terutama tempat wisata baru. Gua menyukai Travelling, karena dari sana gua bisa merangkai cerita lalu melihat kenyataan atau sekedar renungan jika pantasnya gua bersyukur dengan apa yang gua miliki hari ini, tidak terus menerus melihat orang lain dengan hidupnya. Mama terlihat memejamkan mata, gua menatap wajahnya. Wajah seorang ibu yang telah berjuang dengan tenaga serta perasaan berpuluh-puluh tahun mendapat cacian tapi terus bertahan sampai kini mata mereka si pendengki terbelalak melihat yang dicaci menjadi jauh melesat pada kebaikan yang mereka tidak kira.
"Maaf jika aku banyak diam, ma. Bukan tidak sayang. Hanya bingung cara mengungkapkan. Kita belum terbiasa, maka kita perlu belajar agar biasa."
Kita akan terbang ke Aceh MA, tempat datu' Mama berasal. Dan silsilah keluarga kita akan kembali kesana, ke serambi Mekkah tempat moyang gua berasal. Kita terbang berdua MA, menuju tanah moyang kita.

Komentar

Postingan Populer