Sumedang Part 3: Jejak Sejarah yang Tersisa Gunung Kunci
Selamat pagi, mentari perlahan datang. Burung dalam sangkar, burung didahan berkicau merdu menemani pagi. Embun menguap bagai asap-asap pekat kendaraan ibukota tapi ini memberi kesegaran. Tiap kata yang meluncur dari mulut disertai asap tanda hawa dingin tempat ini. Seduhan teh pagi beberapa potong kue menemani pagi yang cerah.
Subuh tadi gua terjaga, ada pertandingan antara barca versus celtic. Pertandingan baru masuk beberapa menit, messi sidah mencetak goal. Gua tidak suka messi, gua lebih suka ronaldo. Gua berhenti menyaksikan pertandingan barca lalu mematikan tv, karena score telak pasti akan terjadi. Sekali saja barca mudah mencetak goal, mereka akan mencetak terus. Gua juga tidak suka dengan barca, karena mereka seringkali menggagalkan langkah arsenal di liga Champions, terlebih ditahun 2005 saat final. Selain itu barca seringkali merusak komposisi pemain arsenal mulai dari petit, overmars, silvynho, van bronchorst, henry, hleb, song, fabregas, vermaelen. Mereka harus menjadi pemain-pemain matang yang bisa membawa arsenal jadi lebih baik namun keliatannya barca lebih suka merusak komposisi tim Arsenal yang sedang berusaha jadi yang terbaik dengan bintang-bintangnya.
Benar saja barca berhasil memetik kemenangan dengan score 7-0, sementara arsenal seri melawan psg 1-1. Lumayan 1 point main dikandang lawan, pertandingan penyisihan grup masih panjang masih ada beberapa pertandingan lagi.
Lupakan tentang sepakbola, pagi menjelang hari ini kami akan pergi ke kantor BPJS mengurus kartu untuk lahiran istri kak Wahyudi. Kami berempat berangkat dalam satu mobil, kami menuju alun-alun berputar-putar mencari kantor BPJS sumedang akhirnya sampai, gua dan kak Wahyudi masuk kedalam. Antrian cukup panjang,
"BPJS APBD harus diurus dulu ke dinas Sosial baru nanti bisa print kartunya disini. Print bisa saja tapi tetap harus sesuai prosedur" ujar satpam penjaga nomor antrian.
"ribet ting, udah nanti aja urusnya." Kami meninggalkan kantor BPJS, melanjutkan perjalanan. Gua tidak tahu kemana kak Wahyudi membawa kami, ikut saja kemana mobil mengarah.
"Ayo kita mampir dulu, jalan-jalan sebentar." Ajak kak Wahyudi, menghentikan kendaraan disuatu tempat.
Gunung kunci, sebuah benteng sejarah peninggalan belanda di sumedang. Simpang siur gua mendengar sejarah tempat ini yang jelas tempat ini berada ditengah-tengah kota sumedang hanya berjarak 200meter dari alun-alun. Pohon pinus yang tinggi, buat tempat ini terasa rindang, nyaman kami harus menaiki tangga terlebih dahulu. Istri kak Wahyudi yang sedang hamil tua berhenti kelelahan setelah menapaki beberapa anak tangga ke bukit.
Bangku terbuat dari semen yang halus begitu nyaman untuk beristirahat ditambah lagi suasana sekitar. Selain bangku yang terdapat atap ada juga saung tempat kita bisa istirahat lesehan, sambil menikmati bekal dari rumah. Tampak beberapa muda-mudi menikmati lokasi ini, tapi lebih sering tampak para anak sekolah. Setingkat SD, SMP yang datang ke tempat bersejarah ini, hanya satu yang kurang tidak ada guide yang memberikan penjelasan akan sejarah tempat ini sehingga gua hanya menikmati susunan-susunan sejarah ini dengan menerka-nerka melalui pandangan sekilas.
Sejarah yang jelas gua ketahui, pintu masuk tempat ini terdapat ukiran kunci dibagian pintu masuknya. Setelah menaiki anak tangga, kita akan menjumpai sebuah gua gelap saat akan masuk dituliskan tahun berdirinya yaitu 1917 sebelum indonesia merdeka. Ada dua versi yang sempat gua dengar, pertama jika benteng ini digunakan pribumi sebagai tempat pertahanan untuk belanda yang kedua ini merupakan tempat persembunyian belanda serta lokasi penyiksaan tawanan perang. Tak tahu mana yang benar?
Ada rasa merinding kala memasuki goa, icha segera digendong oleh kak Wahyudi. Ruangan gelap memaksa gua menggunakan center dihandphone. Gua melihat ada beberapa ruangan seperti kamar-kamar didalam goa. Ditengah-tengah gua terdapat tangga untuk naik kebagian atas benteng. Gua kembali terus jalan kedepan sampai menemukan persimpangan. Dibagian ini tampak sebuah peninggalan yang artistik, susunan batu-batu besar sisa bangunan kokoh ini sepertinya runtuh. Bagian depan, mata gua dibuat kagum karena susunan batu penyanggah yang tampak seperti bangunan kuno yang menarik untuk dipandang.
"kemana nih?" tanya gua setelah sampai di luar goa, ada dua anak tangga kiri dan kanan yang bisa kami naiki. Kak wahyudi mengarahkan kami ke kiri, sampai diatas ini mungkin bagian pertahan dan tempat meletakkan senjata jalur saat perang dulu tempat ini melingkari gundukan tanah dibagian tengahnya. Ditepi-tepi terdapat kotak yang menjorom keluar muat untuk satu orang, sepertinya untuk menghindari serangan lawan serta tembakan senjata dari musuh. Gua melanjutkan lagi langkah mengitari hutan pinus ditengah kota. Bukit sederhana yang masih dilestarikan demi sebuah sejarah kota sumedang.
Jika saja di tangani lebih baik, gua melihat ada jembatan gantung yang terbengkalai. Coba saja diurus dengan benar tempat ini akan ramai oleh pengunjung, ditambahkan berbagai permainan contohnya flying fox, serta permainan anak lainnya karena pengunjung rata-rata anak sekolah. Tempat nyaman seperti sayang sekali jika tidak dimanfaatkan apa yang bisa dikembangkan menjadi pendapatan daerah agar semakin maju.
"om kiting, om kiting. Liat deh ada gambar-gambar." Icha berteriak dari kejauhan. Gua menghampiri icha sedang menunjuk beberapa bebatuan bermotif macam, dipintu masuk goa. Gua tidak menyadarinya sejak tadi, menarik sekali ukiran-ukiran kecil dibebatuan. Gua mengambil beberapa gambar icha ditempat tersebut kemudian kami menyudahi berkeliling Wisata sejarah benteng Gunung Kunci Sumedang.
"Misi ibu, kalau hari biasa rata-rata pengunjung berapa orang ya? " dipintu keluar gua menghampiri penjaga loket. Untuj satu orang dewasa biaya masuk 3000/orang
"kalau hari ini belum sampai 50 orang sih, kalau hari biasa dibawah 50 orang tapi kalau weekend bisa sampai 100 pengunjung bahkan lebih." jawab penjaga loket.
"Aku liat rata-rata pelajar ya." Gua menyimpulkan apa yang nampak di mata.
"iya a' memang yang lebih banyak datang kesini para pelajar. Mungkin karena murah, tempatnya enak untuk santai-santai." Oke, cukup hanya itu yang ingin gua tahu.
"terimakasih bu." Gua berlalu setengah berlari menuju mobil di tempat parkir.
Komentar
Posting Komentar