Burung Gagak dan Motor Antik Johor


Butuh waktu kurang lebih empat jam dengan jarak tempat 200an Kilometer untuk sampai ke wilayah Johor  perbatasan Malaysia dan Singapura dari Melaka. Kami disambut oleh gelapnya malam Johor, serta sepianya suasana jalan. Kali ini kami tinggal di rumah-rumah di sebuah komplek di johor yang disewa oleh panitia khusus untuk satu malam kami menginap. Rumah yang terdiri dari dua kamar, dua ruang bebas, satu dapur, dua kamar mandi, perabotan rumahnya masih lengkap termasuk mesin cuci. Kembali seperti hari sebelumnya kami memanfaatkan waktu untuk membuat pakaian kotor menjadi  jernih seperti sediakala mumpung ada mesin cuci.

Om yang sulit akrab dengan orang baru, malam ini menemukan sesuatu yang sungguh luar biasa. Sebuah kekaguman yang tidak bisa dituliskan dalam satu lembar kertas legal. Johor merupakan sebuah kenangan manis yang membuat semua peserta akhirnya saling mengenal satu sama lain bahkan termasuk hal-hal pribadi, dari sini kami mulai membumi bahkan keakraban itu masih terikat erat hingga tulisan ini Om posting setelah satu tahun perjalanan tour ini.

Semua teman perjalanan merupakan orang-orang luar biasa yang tak disangka-sangka. Om mengagumi dan mempelajari semua itu sebagai sebuah motivasi untuk terus bangkit jadi lebih baik. Ada yang akan menyelesaikan S2 diusia muda, ada juga yang merupakan bagian dari Rumah Kepemimpinan, Institusi milik negara yang kedepannya akan mencetak anak-anak yang memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, dengan karakter positif. Lalu kami terus bicara ada juga mahasiswa yang juga seorang guru silat, mahasiswa dengan jiwa seni tinggi, puisi-puisi dan nyanyian mantap abis. Fotografer handal yang membumi. Orang paling tua dalam bus kami tapi berjiwa muda, bahkan beliau memiliki sebuah yayasan sekolah yang dikelola sendiri. Seorang anak yang berjuang mencari kampus terbaik dan sejak kecil dirinya ditinggal kedua orangtua bekerja di Malaysia, dan harus hidup bersama orang lain hingga dewasa.

Semua tidak pernah menampakkan diri mereka yang sebenarnya sepanjang perjalanan sampai malam ini. Semua yang Om cari tahu, membuat Om makin berbinar-binar mengagumi mereka. Sungguh anak-anak muda yang luar biasa. Ada juga yang lulusan Gontor sebuah pesantren yang Om impikan sejak kecil karena sebuah keterbatasan mendasar yang dimiliki masyakarakat Indonesia pada umumnya Om tidak bisa mondok disana.

Hampir seluruh peserta memiliki kegiatana positif yang yakin dan harus percaya akan berimbas pada masa depan mereka. Disini Om diajarkan satu hal, semua yang Om lihat selama ini hanya dunia sempit didalam sebuah tempurung bukan dunia yang sebenarnya. Ternyata masih banyak dunia yang selama ini Om menutup mata untuk melihatnya. Terimakasih teman-teman baru atas kisah-kisah kalian dalam satu malam, telah membukakan mata Om tentang dunia yang tak sesempit itu. Setelah ini Om akan meningkatkan diri untuk terus belajar sama seperti kalian yang mengajarkan semua yang kalian pelajari masih kurang-kurang dan kurang.

Bukankah sudah dikatakan jika ranting dimuka bumi dijadikan pena dan air dilautan menjadi tintanya takkan cukup untuk menuliskan kalimat-kalimat rabb yang maha pengasih lagi maha penyayang. Maka ketika Om merasa sudah mengetahui segalanya disitulah letak kebodohan yang sebenarnya.
Malam mulai larut tak terasa jika semua yang mulai mencair dan membaur menjadi satu kini terhempas lelah, kami terserang kantuk dan tidak lagi memperhatikan posisi tidur yang penting mata terpejam, pagi nanti sudah ada cerita baru yang menunggu.

Komentar

Postingan Populer