Marisa si Penghibur di Thailand


Bagaimana rasanya berada di perjalanan selama 24 jam? Makan, istirahat, dan mandi hanya di tempat perberhentian, lalu keluar masuk pada dua imigrasi diwaktu yang berdekatan dengan antrian yang cukup panjang. Tubuhmu pasti lemas, lunglai, lelah dan ingin berjumpa kasur secepatnya, begitukan? Di tengah penatnya perjalanan di bus kami, tiba-tiba masuk seorang pria paruh baya, memperkenalkan dirinya,


http://phil.uk.net/hatyai/hat-yai-hotel-accommodation-page-1.html


“Sawat dii Khrap perkenalkan nama saye Yusuf, karena hari sudah mulai gelap panggil saja Marisa.” Seketika suasana menjadi pecah kala pria ini masuk, karena dia berbicara dengan nada manja nan menggelikan, maaf-maaf kalau kita menyebut seperti bencong. Dia mengucapkan selamat datang di negaranya Ladyboy. Selanjutnya Marisa terus menggoda kami dengan canda-candaan centilnya meski Om tahu jika dia sedang menjadi Yusuf, dia pria sungguhan dan orang tua yang baik. Guide kami menceritakan sedikit tentang dirinya yang berasal dari Pattani Provinsi di bagian selatan Thailand, yang merupakan salah satu dari lima Provinsi yang yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Provinsi lainnya Narathiwat(Menara), Yala(Jala), Satun(Sentul) dan Songkhla(Senggora).

Terimakasih Marisa eh Pak Yusuf selama ini Om hanya mengenal Thailand sebagai negaranya para LadyBoy tanpa mencari tahu keseluruhannya, ternyata ada juga Provinsi bekas kerajaan Melayu pada masa lalu yang menjadi bagian dari Thailand. Marisa juga mengajarkan kami cara bertegur sapa di negerinya jika nanti kami memang diharuskan berdialog dengan orang-orang Thailand, seperti menawar barang, memberi salam, dan mengucap terimakasih dan beberapa percakapan penting lainnya. Candaan panjang dari Marisa Rasanya menggelamkan lelah kami, dia sungguh pandai memainkan emosi.

Bus kami terhenti di Ambasador Hotel Hatyai, disini tempat kami akan menghabiskan malam. Banyaknya peserta membuat kami harus mengantri untuk mendapatkan kunci kamar, satu kamar diisi tiga orang. Naik lift membuka pintu kamar dan tubuh tergeletak dikasur, lelahnya. Teman Om mengeluarkan Mie Gelas, kebetulan, mari kita santap sambil menunggu makan malam datang. Kasur empuk bolehlah dapat nilai 7 dari 10, kamar mandi bersih 6,5, pada intinya tidur malam ini akan lebih baik dari malam-malam sebelumnya yang biasa kami berhambur dilantai atau terbaring dibangku bus. Waktu semakin larut, setelah membersihkan diri kawan mengajak keluar untuk berkeliling daerah sekitaran hotel.



Meski sudah tengah malam orang-orang tetap ramai, angkot-angkot mirip seperti oplet kalau di jakarta, beberapa kali juga ada peseda motor berhenti lalu menawarkan jasa ojek, dalam bahasa Thailand kami tidak paham, lalu menggeleng-gelengkan kepala saja. Teman ini sebenarnya penasaran dengan LadyBoy eh keceplosan, tidak! Tidak kami Cuma mau melihat malam di Thailand, banyak makanan menarik tapi karena bingung akhirnya dengan bahasa isyarat kami menunjuk kelapa muda, bisa bayangkan pukul 00.00 minum sebongkah kelapa muda. Tepok Jidat. Memang banyak para wanita berpakaian seksi tapi mata ini tidak pernah menatapnya, takut. Takut sama yang diatas sama takut kalau disamperin terus diajak kencan, hehe.

Sebagian kawan pergi ke pasar Asean, sejenis pasar malam mungkin. Terlihat dari jejak kamera mereka ada banyak menu makanan menarik dan hiburan yang seru-seru sayangnya sungguh sayang Om tidak menjerumuskan diri kesana, ada sekilas sesal tapi tidak usah diperpanjang semua sudah terjadi.

Secara keseluruhan malam disini mirip-mirip saja dengan di pusat-pusat kota Jakarta, tukang ojeknya, angkotnya, orang-orangnya. Demikian! Salam Kribo...


Komentar

Postingan Populer